Sabtu, 13 November 2010

Day #9: "You Are What You Curse"



 Pernahkah anda menilai orang berdasarkan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya? Atau apakah anda sendiri memang orang dengan tipe seperti itu?

Gambar di atas saya dapatkan dari sebuah majalah dalam format pdf, SAYANG SEKALI saya sendiri bahkan lupa majalah yang mana itu saking banyaknya e-magazine di komputer saya. Foto yang sederhana tapi sangat menohok pandangan. Dan saya pikir sangat cocok dijadikan gambar pembuka dari tulisan saya kali ini ;D

Kemarin sore saya dan seorang teman memesan minuman bersoda di sebuah restoran franchise di kota Bandung. Sambil ngobrol kita menikmati hidangan tersebut hingga mungkin gara-gara terlalu asiknya, tangan teman saya nggak sengaja menyenggol minuman soda yang dia pesan di atas meja. Secara spontan, keluarlah sebuah teriakan keras berisi kata-kata yang kurang enak di dengar. Ekspresi panik, kesal dan malu menghiasi wajahnya saat itu karena meja dan tempat duduk disekitar kita pada waktu itu cukup penuh diisi pengunjung restoran. Akhirnya saya memanggil salah satu pelayan setempat untuk membersihkan tumpahan minuman soda yang heboh itu.

Cerita diatas adalah sebuah cerita diantara sekian banyak peristiwa sejenis yang pernah saya alami dengan teman-teman, orang yang tidak dikenal yang kebetulan sedang berada di lokasi yang berdekatan, dan ehm, saya sendiri si pelakunya.


Ekspresi yang keluar secara tidak sengaja tersebut bisa jadi merupakan tabiat asli dari orang yang mengucapkannya. Yang menarik dari pengucapan sumpah serapah itu, ada beberapa orang atau kalangan yang berhasil memlesetkan sebuah kata kasar dengan mengganti huruf terakhir pada kata tersebut seperti yang terjadi pada kata Anjing yang diubah menjadi Anjir dan Anjis. Pengubahan huruf terakhir tersebut secara "etika pendengaran" saya turut menurunkan kadar kekasaran pada kata tersebut. Hingga sekarang saya penasaran sama orang yang pertama kali memlesetkan kata Anjing itu.

Selain lewat ucapan dari mulut, nggak sedikit kalangan yang saat ini sudah nggak malu-malu menyatakan statement-nya lewat media lain, seperti salah satunya lewat kaos yang mereka pakai, seperti pada foto diatas. Foto itu saya ambil beberapa waktu yang lalu dari seorang penjual ayam goreng kaki lima di daerah Dipati Ukur, Bandung. 

Sebenarnya langsung bisa disimpulkan bahwa seperti pada judul tulisan ini, orang bisa menjadikan sumpah serapah(dan tentunya cara pengucapannya) sebagai media untuk menilai kepribadian dan karakter seseorang. Seperti kata Anjir yang tadi saya sebutkan, tidak lagi menjadi sebuah makian, dengan kondisi dan cara pengucapan yang berbeda, kata tersebut bisa menjadi pujian atau sanjungan yang tinggi terhadap seseorang yang telah melakukan suatu hal luar biasa yang tak terduga. 

Foto dibawah saya captured dari sebuah film yang berjudul Youth Revolt, sebuah contoh curse word yang dijadikan sebagai ungkapan untuk membela Tuhan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar